Kamis, 29 Juni 2017

Rangkuman buku "Teologi Kontemporer: Ilmu atau Praduga?" Eta Linnemann



TEOLOGI KONTEMPORER

Tujuan buku kontemporer ini adalah agar kita mengerti dasar teologi kontemporer, dapat belajar dan memahami garis besar pandangan teologi kontemporer, mengenali identitasnya dan mengerti kritik yang harus ditujukan terhadap mereka dari sudut pandang injili berdasarkan Alkitab. Dasar teologi kontemporer  bukan Wahyu Allah dalam alkitab melainkan filsafat. Tokoh-tokoh teologi kontemporer muncul dan berpengaruh dalam kurun waktu tertentu, sesudah itu diganti oleh tokoh lain. Sasaran buku ini ialah memperlengkapi pembaca untuk mengidentifikasi unsur-unsur pikiran historis-kritis yang muncul di mana-mana, mungkin juga dikalangan injili, apalagi dalam menggembalakan jemaat supaya  dimampukan memeriksa buku-buku teologis dan mengerti apakah dipengaruhi oleh teologi historis kritis, memahami, apakah anggota jemaat, pembaca atau kawan sekerja telah dipengaruhi oleh pikiran teologia historis kritis dan mengidentifikasi unsur-unsur teologi historis-kritis yang telah menjalar secara luas, pikiran-pikiran yang berlawanan dengan wahyu Allah dalam Alkitab.
Walaupun ada bermacam-macam teologi dengan nama yang berbeda, tetapi dasarnya tetap sama. Sifat-sifat khas teologi kontemporer antara lain bersifat Teologi Universitas, Teologi Historis-Krtis, tidak berdasar pada Alkitab, merupakan bidat dan tidak percaya terhadap kewibawaan Alkitab.

Teologi Skolastik dan Konsep Humanism
            Kalangan cerdik pandai bermaksud menghubungkan Alkitab dengan ilmu filsafat. Kalangan orang-orang cerdik pandai tersebut tidak puas dengan firman Allah. Dengan demikian mereka melihat filsafat ini seperti dasar kedua di samping Alkitab. Bagi kaum Humanisme manusia sebagai ukuran segalanya. Firman Allah tidak lagi sebagai patokan untuk mengukur segala sesuatu, melainkan  diukur berdasarkan segala patokan kebudayaan. Padahal sebagai orang Kristen yang benar harus mendasarkan pikirannya atas Alkitab

Filsafat pencerahan menjadi dasar pikiran teologi historis
A, Francis Bacon (1561-1624), Filsuf Empirisme Bukunya yang penting berjudul NOVUM ORGANUM (1960) yang menyimpulkan bahwa kebenaran dapat dicapai hanya melalui metode induktif, akibatnya Kitab suci diasingkan dari kebenaran otomatis. Kepercayaan sebagai sacrificium intellectus (korban akal) yaitu harus mengorbankan akal untuk mempercayai hal yang tidak masuk akal. Alkitab hanya dilihat sebagai buku yang berguna bagi kesalehan yang memimpin kepada sikap menghormati dan menaati Allah, tetapi tidak tentang mengenal Allah secara objektif dan benar.
B.Thomas Hobes (1588-1679) Seorang Filsuf MATERIALISME Materiasme
Pandangan Hobbes bahwa seluruh alam semesta adalah kebendaan dan apa yang tidak benda  sesungguhnya tidak ada. Dengan demikian dia mendalilkan bahwa yang tidak terbatas (infinite) tidak mungkin, maka nama Allah tidak dipakai untuk menyebabkan kita mengerti Dia, melainkan hanya untuk menghormati Dia. Alkitab tidak dapat memberitahukan wahyu apapun dan dalam Alkitab banyak hal yang tidak masuk akal.
C. Rene Descartes (1596-1650), ahli filssafat Rasionalisme
Menurut Rene Decartes bahwa manusia mendasarkan keberadaan atas pikirannya sendiri. Keragu-raguan menjadi prinsip dasar keyakinan diri sendiri untuk manusia modern, manusia tanpa Allah yang hidup
 D. Baruch de Spinoza (1632 -1677), Seorang ahli  filsafat rasionalisme
Kebenaran diperoleh dengan cara memisahkan Alkitab dari kebenaran. Alkitab bukanlah Firman Allah tetapi di dalam Alkitab terdapat firman Allah. Mujizat tidak ada. Ia menaburkan benih keraguan yang bertumbuh sebagai masalah Sinoptik bahwa tidak mungkin hidup Kristus diceritakan empat kali dan Spinoza menyangkal kebangkitan Tuhan Yesus sebagai peristiwa dan kenyataan.
E. David Hume (1711-1776), Ahli filsafat Empirisme Skeptik
Hume Memilih prinsip dasar pemikiran yaitu prinsip verifikasi secara empiris. Artinya, tiap hal harus diperiksa benar atau tidaknya secara praktis. Sesuatu dianggap benar apabila sudah didasarkan atas defenisi artinya dapat ditunjukkan benar melalui pancaindera.
Hume menentang adanya mujizat  namun tidak meragukan kemungkinan, bahwa mujizat dapat terjadi (the possibility of miracles), melainkan dia meragukan bahwa mujizat patut dipercayai.
F. IMMANUEL KANT (1724-1804) AHLI FILSAFAT AGNOSTISISME
Agnotisisme berarti bahwa keadaan yang sesungguhnya (das Ding an sich) tidak dapat diketahui. Kant berusaha menyesuaikan empirisme dengan rasionalisme. Menurutnya isi pengetahuan adalah dari pancaindera, tetapi bentuknya terjadi  melalui kecerdasan. Apa yang masuk akal telah dibentuk oleh kategori akal jadi akal tidak pernah dapat mengetahui kadaan sesuatu di luar akalnya. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu sebagaimana sesuatu itu sebagaimana ia ada dalam keberadaannya sendiri , maka semuanya yang ada hanya dapat diketahui secara subyektif bukan secara objektif dan real.

KONSEP IDEALISME – IDE KEMAJUAN
Filsafat Idealisme adalah filsafat sejarah. Alkitab itu penuh dengan sejarah;bukan hanya sejarah Israel tetapi juga bangsa-bangsa kuno yang berhubungan dengan Israel. Namun sejak humanism manusia tidak mau lagi mengingat Allah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa sejarah.  Georg Wilhem Hegel (1770-1831) menulis buku berjudul “Fenomenologi Roh”. Pikiran Hegel terutama tentang sejarah: sejarah adalah sajarah Allah sendiri atau lebih teliti sejarah Roh. Dalam sejarah, Allah sendiri mengalami perubahan. Sejarah adalah perantaraan dialektis Allah dengan diriNya sendiri. Dialektesis artinya satu tesis dilawankan oleh antitesisnya kemudian diperdamaikan melalui sintesis. Adanya anggapan bahwa semua nilai baru dalam kebudayaan harus diterima sebaga wahyu yang diberikan Roh Kudus sehingga tiap angkatan manusia memerlukan teologi yang baru dan Alkitab harus ditafsirkan baru bagi tiap angkatan manusia.
Soren Aaby Kierkegaard (1813-1855) Ahli Filsafat Eksistensialisme
Kierkegaard mendefinisikan Allah adalah yang lain sama sekali dan yang rupanya bertentangan. (tidak dalam diri-Nya sendiri tetapi terhadap manusia yang terbatas). Pertemuan dengan Allah hanya mungkin secara subyektif dan tidak mempunyai sebab yang langsung masuk akal, melainkan harus ditangkap dengan loncatan kepercayaan. Ini berarti dasar atau alasan kepercayaan tidak ada, yang ada hanya kepercayaan tanpa dasar (yang berarti tanpa kuasa). nKierkegaad sendiri secara pribadi percaya, bahwa sebagian Alkitab bersifat historis dan Yesus adalah tokoh historis.
FILSAFAT EKSISTENSIALISME MARTIN HEIDEGGER 1889-1976)
Heidegger berpikir secara ontology yaitu tidak hanya mencapai hal-hal yang ada dalam dunia, melainkan sampai kepada “Berada” (das Sein) yang dimiliki setiap hal yang ada. “Berada” (das sein) itu memungkinkan “Yang Berada” (das Seiende). “Berada” bukan pencipta, tidak menciptakan “Yang berada”, melainkan “Berada” mempunyai “Kuasa” dalam Yang Berada”. Menurut Heidegger apa yang diperlukan oleh manusia adalah pengertian eksistensinya. Pengertian eksistensi secara pribadi adalah sekaligus mengerti dunia dan memungkinkan hidup dalam kesejatiannya.  Pengertian ini dapat diambil dari manusia lain atau dari manusia yang hidup zaman dahulu tetapi harus diambil secara pribadi dengan keputusan untuk dirinya sendiri.
FILSAFAT MARXISME :Didirikan oleh Karl Marx seorang filsuf Jerman (1818-1883),    Bukunya yang terkenal berjudul ‘Das Kapital”,  menafsirkan bahwa masyarakat adalah dasar sejarah dan ekonomi dipandang sebagai dasar kehidupan. “ Bukannya kesadaran yang menentukan keadaan manusia, melainkan keadaan dalam masyarakat yang menentukan kesadaran manusia. Untuk mengubah kesadaran maka keadaan harus diubah dulu.  Agama diciptakan hanya untuk dipakai seperti candu. Ajaran ini menurunkan martabat manusia yang diciptakan menurut gambar dengan Allah. Materialisme historis yaitu marxisme atau komunisme adalah ateis mutlak.

Alam dan cara berpikir teologi komtemporer
Dasar teologi historis-kritis  yakni  Alkitab hanya merupakan hasil pikiran manusia saja,yang diperlakukan sama dengan hasil pemikiran manusia yang berdasarkan pengetahuan. Baik ilmu sejarah maupun teologi historis kritis berlandaskan dusta. Tujuan teologi historis-kritis ialah memahami Alkitab sepenuhnya dengan daya pikiran sendiri yang berarti bahwa manusia menjadi ukuran segala sesuatu. Adalah anggapan yang sungguh mengerikan baha wahyu Allah harus dipahami sesuai dengan pikiran manusia sehingga Allah tidak lagi dimuliakan atau bersyukur kepada Dia.
Konsep Dasar : Teologi sebagai suatu ilmu pengetahuan
1. Dijalankan dengan asumsi seolah-olah tidak ada Allah.
2. Berpatokan kepada prinsip-prinsip ilmu pengetahuan secara umum
3. Alkitab dan iman Kristen sama dengan agama lain
4. Kitab suci dilihat secara relatif
5. Alkitab tidak dihargai sebagai Firman Allah
6. Kitab suci adalah “Nats kuno” yang mutlak menuntut interpretasi
7. Apa yang ditulis dalam Alkitab tidak mungkin sungguh terjadi seperti itu.
8. Intelek yang kritis sanggup membedakan realitas dari dongeng dalam Alkitab
9. Ilmu tafsir yang objektif dan dapat diandalkan.
10. Keputusasaan generasi muda dalam usaha menemukan kebenaran
11. Pengaruh sosialisme dan komunisme semakin kuat

Pelaksanaan (Praktek) Teologi Historis Kritis :Menggunakan Hipotesis yang merupakan perkiraan atau pra kesimpulan yang belum dapat dibuktikan secara tuntas. Setiap hipotesis dirumuskan berdasarkan argument-argumen yang walaupun tidak dapat dipahami seutuhnya namun mutlak dibutuhkan untuk dapat mengikuti kuliah-kuliah dan seminar teologi. Keobjektifan ilmu teologi historis kritis adalah semu dan informasinya telah disaring. Sementara ilmu PL dan ilmu PB memakai metode-metode dari ilmu sejarah dan kritik sastra. Naskah-naskah kuno, prasasti-prasasti dan data-data lain diterima sebagai sumber pengetahuan tentang periode sejarah tertentu dan dalam kritik sastra hipotesis dibuat dengan tujuan melaluinya para sarjana mencoba untuk menjawab pertanyaan tentang bentuk asli dan riwayat penemuan setiap nas sampai mendapat bentuk yang sekarang dalam Alkitab.
Akibat teologi historis –kritis : Tidak ada pembaharuan hidup jemaat gereja, takut akan Allah semakin hilang, tidak dapat menghadapi olkultisme, pertumbuhan iman terhambat, motivasi untuk misi hilang dan gereja semakin kosong.
Cara menghadapi teologi historis kritis adalah dengan membaca secara kritis setiap literatur teologi, hati-hati dalam memilih pendidikan teologi yang tepat dan apabila selama ini ada yang tanpa sadar telah terikut dalam pengajaran ini maka ia harus melepaskan diri dari roh anti Kristus dan tetap berdoa dalam nama Tuhan Yesus serta jika menghadapi orang-orang yang tertawan teologi historis kritis hadapilah dengan rendah hati menunjukkan kasih yang murni dan mendoakan yang bersangkutan sambil mengandalkan kuasa Roh Kudus yang dapat menyadarkan setiap orang.

Buku “Disini kutemukan” karangan Prof S. Wismoady Wahono, Ph.D merupakan teologi historis kritis asli Indonesia karena tidak mempercayai mujizat yang terjadi dalam Alkitab dan meragukan kebangkitan Tuhan Yesus. Buku ini banyak menggunakan filsafat dan teologi liberal sebagai sumber pemikirannya.

“Iman” Teologi dan Teologi Iman
Iman” Teologi berdasarkan rasio manusia melebihi Alkitab,Kekristenan dilihat sama dengan agama-agama lain dan tidak mempercayai nubuatan dan mujizat sedangkan teologi iman percaya bahwa pendidikan pendidikan akademis tidak menjamin pengurapan oleh Roh Kudus namun intelek harus dikontrol oleh Roh kudus. Yang diharapkan dari studi” Teologi iman” antara lain: Harus menguasai bahasa-bahasa asli Alkitab, mempunyai pengetahuan latar belakang Alkitab,  memahami Alkitab secara menyeluruh, mengerti  hubungan antar bagian Firman Allah, mempunyai pengalaman agar harta yang terpendam dalam Firman dapat diangkat ke permukaan dan mempunyai kemampuan membedakan penemuan intelektual dan harta terpendam dalam Firman Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Linnemann, Eta, Teologi Kontemporer : Ilmu atau Praduga?. Batu ,Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil Indonesia, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK     Seorang anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai...